Kecerdasan Pribadi
Whatsapp Yemayo-AEC: 0812-8985-9968
Daniel Goleman, seorang pakar Kecerdasan Emosi, mengatakan bahwa Kecerdasan Emosi berpengaruh 80% terhadap kesuksesan hidup seseorang dibandingkan 20% pengaruh Kecerdasan Intelijensia murni.
Selama 12 tahun, dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas/Umum, kita tekun mengasah Kecerdasan Intelijensia murni baik seperti teori-teori sampai pengetahuan umum. 12 tahun kita memberi kesempatan untuk mempertajam Kecerdasan Intelijensia, sementara 80%, Kecerdasan Emosi sering harus dipelajari secara otodidak saja ketika seorang pribadi menghadapi masalah hidupnya. Tidak diasahnya Kecerdasan Emosi sering membuat para individu yang berkecerdasan intelijensia tinggi tidak maksimal menjalankan hidupnya.
Contoh-contoh tidak maksimalnya penerapan kepandaian secara utuh, atau yang kami sebut dengan Kecerdasan Pribadi (kecerdasan secara menyeluruh), seorang pandai yang menyandang juara, tapi takut berkomunikasi dengan orang-orang, kurang rendah hati sehingga sulit bergaul, terlalu kaku sehingga kurang dapat dimengerti; atau seorang pandai berkeahlian beberapa bahasa, tidak berani berbicara menerapkan keahlian bahasanya, merasa kikuk, tidak percaya diri, sehingga jika ia berbicara tampak tidak menarik.
Kita meluangkan 12 tahun untuk mempertajam 20% Kecerdasan Intelijensia, tapi Kecerdasan Emosi tidak benar-benar diperhatikan ataupun tidak diberikan pelatihan.
Yemayo-AEC, sebagai lembaga kursus Kecerdasan Pribadi, tidak memilah-milah kecerdasan intelijensi dan kecerdasan emosi tetapi justru melihat semua kecerdasan itu sebagai satu-kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Lebih jauh lagi, kecerdasan-kecerdasan itu tidak semata-mata dipertajam oleh kemampuan individu itu sendiri, namun lingkungan-lingkungan sekitar mereka pun berpengaruh sangat besar bagi maksimalnya pengasahan kecerdasan pribadi seorang individu.
Untuk itulah, program-program pelatihan kami pun harus dikombinasikan dengan pemberian tugas untuk berkomunikasi dengan orangtua dan lingkungan sekitar sang individu, juga orangtua akan selalu secara berkala diberikan update tentang progres yang terjadi pada sang individu (murid).
Konsistensi
Sejak berdirinya Yemayo-AEC pada Desember 2005, kami tetap menyosialisasikan betapa konsistensi pelatihan sangat diperlukan bagi seorang individu. Dalam kenyataannya, banyak pula yang beranggapan bahwa lembaga kursus ini hanya sebagai lembaga untuk memperbaiki kekurangan anak, sehingga jika kekurangan anak itu telah teratasi, maka pelatihan dirasakan cukup. Di kasus lain, ada pula orangtua yang setelah melihat perubahan positif dari putra-putri mereka, kemudian merasa kecewa ketika terjadi penurunan baik dalam hal perilaku ataupun nilai-nilai di sekolah.
Tidak pernah putus asa kami mengkomunikasikan bahwa kursus Kecerdasan Pribadi penting sekali untuk diberikan secara konsisten. 12 tahun sekolah memperkuat Kecerdasan Intelijensia (20%), tetapi Kecerdasan Pribadi (yang 80% adalah Kecerdasan Emosi termasuk di dalamnya) hanya diberikan waktu 3 bulan. Kalau pun 3 bulan tidak berhasil, maka baik individu (murid) ataupun kami (pelatih) dianggap gagal.
Hidup yang harus dihadapi individu (murid) itu sifatnya berbeda-beda, ada hari mudah, ada hari penuh tantangan. Semakin dewasa ia, semakin kompleks pula permasalahan yang harus dihadapinya. Lalu ada pula karakter-karakter diri yang harus dikikis, ditambah ataupun diperkuat; nasihat atau pengarahan, tidak selalu langsung dapat dicerna individu tersebut, terkadang memakan waktu, terkadang perlu menunggu sampai individu tersebut mendapatkan pengalaman dan pemahaman di dalam hidupnya.
Bagaimanapun, kami telah menerima banyak testimoni perubahan positif anak termasuk prestasi-prestasi di sekolah mereka; tetapi Kecerdasan Pribadi bukanlah sesuatu yang bisa diasah dalam waktu 3 bulan, 6 bulan, atau 1 sampai 2 tahun saja. Semakin murid bertambah usia dan mempunyai lingkungan di rumah dan di sekolahnya, Kecerdasan Pribadi pun mendapat tantangan atau ujian yang lebih rumit secara nyata. Hal ini sama seperti jika di sekolah kemampuan intelijensia murid harus diuji dengan ulangan-ulangan ataupun ujian-ujian. Ada kalanya murid mendapat nilai baik, ada kalanya mendapat nilai buruk; tapi beberapa kali mendapat nilai buruk bukan berarti ia tidak dapat naik kelas, jika ia berusaha lebih baik, maka ia mungkin bisa naik kelas. Demikian pula dengan Kecerdasan Pribadi, jika seorang individu melewati hari dengan persoalan-persoalan pelik ataupun harus mengatasi emosinya, baik emosi marah, sedih, takut, atau perasaan ragu; tidak selalu ia lulus mengambil keputusan yang baik. Namun keputusan-keputusan yang tidak baik yang diambilnya atau kegagalan-kegagalan yang dialaminya, belum tentu membuatnya menjadi pribadi yang buruk ataupun pribadi yang gagal. Mengasah Kecerdasan Pribadi secara konsisten memang tetap akan memberikan jatuh-bangun sang individu, namun dengan pelatihan yang terarah, pribadi itu akan menjadi lebih kuat dan terarah, dan secara keseluruhan ia mempunyai kualitas yang berbeda secara positif dibandingkan dengan pribadi-pribadi yang tidak mengikuti pelatihan Kecerdasan Pribadi.
Daniel Goleman, seorang pakar Kecerdasan Emosi, mengatakan bahwa Kecerdasan Emosi berpengaruh 80% terhadap kesuksesan hidup seseorang dibandingkan 20% pengaruh Kecerdasan Intelijensia murni.
Selama 12 tahun, dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas/Umum, kita tekun mengasah Kecerdasan Intelijensia murni baik seperti teori-teori sampai pengetahuan umum. 12 tahun kita memberi kesempatan untuk mempertajam Kecerdasan Intelijensia, sementara 80%, Kecerdasan Emosi sering harus dipelajari secara otodidak saja ketika seorang pribadi menghadapi masalah hidupnya. Tidak diasahnya Kecerdasan Emosi sering membuat para individu yang berkecerdasan intelijensia tinggi tidak maksimal menjalankan hidupnya.
Contoh-contoh tidak maksimalnya penerapan kepandaian secara utuh, atau yang kami sebut dengan Kecerdasan Pribadi (kecerdasan secara menyeluruh), seorang pandai yang menyandang juara, tapi takut berkomunikasi dengan orang-orang, kurang rendah hati sehingga sulit bergaul, terlalu kaku sehingga kurang dapat dimengerti; atau seorang pandai berkeahlian beberapa bahasa, tidak berani berbicara menerapkan keahlian bahasanya, merasa kikuk, tidak percaya diri, sehingga jika ia berbicara tampak tidak menarik.
Kita meluangkan 12 tahun untuk mempertajam 20% Kecerdasan Intelijensia, tapi Kecerdasan Emosi tidak benar-benar diperhatikan ataupun tidak diberikan pelatihan.
Yemayo-AEC, sebagai lembaga kursus Kecerdasan Pribadi, tidak memilah-milah kecerdasan intelijensi dan kecerdasan emosi tetapi justru melihat semua kecerdasan itu sebagai satu-kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Lebih jauh lagi, kecerdasan-kecerdasan itu tidak semata-mata dipertajam oleh kemampuan individu itu sendiri, namun lingkungan-lingkungan sekitar mereka pun berpengaruh sangat besar bagi maksimalnya pengasahan kecerdasan pribadi seorang individu.
Untuk itulah, program-program pelatihan kami pun harus dikombinasikan dengan pemberian tugas untuk berkomunikasi dengan orangtua dan lingkungan sekitar sang individu, juga orangtua akan selalu secara berkala diberikan update tentang progres yang terjadi pada sang individu (murid).
Konsistensi
Sejak berdirinya Yemayo-AEC pada Desember 2005, kami tetap menyosialisasikan betapa konsistensi pelatihan sangat diperlukan bagi seorang individu. Dalam kenyataannya, banyak pula yang beranggapan bahwa lembaga kursus ini hanya sebagai lembaga untuk memperbaiki kekurangan anak, sehingga jika kekurangan anak itu telah teratasi, maka pelatihan dirasakan cukup. Di kasus lain, ada pula orangtua yang setelah melihat perubahan positif dari putra-putri mereka, kemudian merasa kecewa ketika terjadi penurunan baik dalam hal perilaku ataupun nilai-nilai di sekolah.
Tidak pernah putus asa kami mengkomunikasikan bahwa kursus Kecerdasan Pribadi penting sekali untuk diberikan secara konsisten. 12 tahun sekolah memperkuat Kecerdasan Intelijensia (20%), tetapi Kecerdasan Pribadi (yang 80% adalah Kecerdasan Emosi termasuk di dalamnya) hanya diberikan waktu 3 bulan. Kalau pun 3 bulan tidak berhasil, maka baik individu (murid) ataupun kami (pelatih) dianggap gagal.
Hidup yang harus dihadapi individu (murid) itu sifatnya berbeda-beda, ada hari mudah, ada hari penuh tantangan. Semakin dewasa ia, semakin kompleks pula permasalahan yang harus dihadapinya. Lalu ada pula karakter-karakter diri yang harus dikikis, ditambah ataupun diperkuat; nasihat atau pengarahan, tidak selalu langsung dapat dicerna individu tersebut, terkadang memakan waktu, terkadang perlu menunggu sampai individu tersebut mendapatkan pengalaman dan pemahaman di dalam hidupnya.
Bagaimanapun, kami telah menerima banyak testimoni perubahan positif anak termasuk prestasi-prestasi di sekolah mereka; tetapi Kecerdasan Pribadi bukanlah sesuatu yang bisa diasah dalam waktu 3 bulan, 6 bulan, atau 1 sampai 2 tahun saja. Semakin murid bertambah usia dan mempunyai lingkungan di rumah dan di sekolahnya, Kecerdasan Pribadi pun mendapat tantangan atau ujian yang lebih rumit secara nyata. Hal ini sama seperti jika di sekolah kemampuan intelijensia murid harus diuji dengan ulangan-ulangan ataupun ujian-ujian. Ada kalanya murid mendapat nilai baik, ada kalanya mendapat nilai buruk; tapi beberapa kali mendapat nilai buruk bukan berarti ia tidak dapat naik kelas, jika ia berusaha lebih baik, maka ia mungkin bisa naik kelas. Demikian pula dengan Kecerdasan Pribadi, jika seorang individu melewati hari dengan persoalan-persoalan pelik ataupun harus mengatasi emosinya, baik emosi marah, sedih, takut, atau perasaan ragu; tidak selalu ia lulus mengambil keputusan yang baik. Namun keputusan-keputusan yang tidak baik yang diambilnya atau kegagalan-kegagalan yang dialaminya, belum tentu membuatnya menjadi pribadi yang buruk ataupun pribadi yang gagal. Mengasah Kecerdasan Pribadi secara konsisten memang tetap akan memberikan jatuh-bangun sang individu, namun dengan pelatihan yang terarah, pribadi itu akan menjadi lebih kuat dan terarah, dan secara keseluruhan ia mempunyai kualitas yang berbeda secara positif dibandingkan dengan pribadi-pribadi yang tidak mengikuti pelatihan Kecerdasan Pribadi.
"To be a consistent winner means preparing not just one day, one month or even one year - but for a lifetime."
Bill Rodgers
"Untuk menjadi pemenang yang konsisten berarti mempersiapkan tidak hanya satu hari, satu bulan atau bahkan satu tahun - tetapi seumur hidup." -Bill Rodgers
__._,_.___
Posted by: vintratia ct <vintratia_ct@yahoo.co.id>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
KUNDALINI YOGA is brought to you by Yoga Technology - Make www.yogatech.com your first stop for all your Kundalini Yoga reading, viewing and listening materials. Now with FREE US Shipping!
GURU RATTANA ONLINE - NEW Ground-Breaking Streaming Video Subscription Service - learn with Guru Rattana in the privacy and comfort of your own home. More details from http://www.yogatech.com/guru_rattana_online
FREE ONLINE KUNDALINI YOGA LESSONS - http://www.kundaliniyoga.org/classes.html
FOLLOW GURU RATTANA ON TWITTER - http://twitter.com/gururattana
GURU RATTANA ONLINE - NEW Ground-Breaking Streaming Video Subscription Service - learn with Guru Rattana in the privacy and comfort of your own home. More details from http://www.yogatech.com/guru_rattana_online
FREE ONLINE KUNDALINI YOGA LESSONS - http://www.kundaliniyoga.org/classes.html
FOLLOW GURU RATTANA ON TWITTER - http://twitter.com/gururattana
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment